Posted by: dharmobirowo | May 17, 2010

lilin-lilin kecil 2


lilin...
bismillah, dengan menyebut nama Allah, semoga kita selalu diberikan berkah oleh-Nya.

masih dalam suasana gelap, dan hanya ditemani sebuah lilin kecil…… daku kembali teringat dengan masa-masa kecil ku dulu waktu masih di sekolah dasar. ketika itu daku disekolahkan di sekolah dasar Xaverius. walaupun agama keluarga kami Islam, akan tetapi pada waktu itu orangtua kami beranggapan bahwa sekolah dasar itu adalah sekolah dasar yang terbaik di daerah kami. sekolah itu banyak menelurkan bibit-bibit unggul, seperti siswa yang berprestasi, pelajar teladan, juara olimpiade dan sebagainya.

seinget saya dulu…..saya adalah orang yang paling males, sering dapat hukuman….bahkan sampai keselnya, guru saya sering menghukum saya hingga disuruh berdiri di depan kelas dengan menggantungkan kaki kiri hingga bel pulang dibunyikan, hal ini tidak membuat saya kapok atau jera. saya malah semakin membandel. entah dengan terlambat masuk kelas, buat keributan di kelas, maupun rutinitas keabsenan dalam membuat PR. waktu itu memang saya diangap sebagai siswa yang bandel, banyak omong, dan nakal. hampir semua guru mengenal saya… entah mengapa hal ini tidak membuat saya jera, hingga kelas 2 SD peringkat saya di kelas masih berada pada peringkat 2 dari “bawah” , sesuatu yang sangat membanggakan dan sekaligus memperihatinkan.

Tapi entah mengapa di waktu kelas tiga saya mulai merasakan yang dinamakan dengan BREAK EVENT POINT, sesuatu titik impas dan merupakan titik point yang mengantarkan saya untuk berubah, waktu kelas 3, saya diperkenalkan dengan mata pelajaran Pramuka yang merupakan mata pelajaran yang masih wajib di kala itu, saya diajarkan dengan game-game ketangkasan, kemandirian, pengetahuan yang mengunakan sistem reward/hadiah dan bukan punishment/hukuman untuk menyemangati murid-muridnya.

pada saat sore hari menjelang pulang dari perkemahan, saya tidak sengaja mendengar beberapa guru yang sedang mengobrol mengenai kepribadian saya. kata guru yang satu mengatakan bahwa saya ini adalah orang yang nakal, males, dan tidak disiplin, sedangkan yang satunya membelaku, beliau mengatakan bahwa saya sebenarnya “bocah yang belum mengerti”, malah memiliki potensi dan beberapa kelebihan yang perlu untuk distimulasi. untuk itu perlu diadakan pendekatan yang persuasif lebih lanjut.

dari situlah sambil mengendarai sepeda menuju rumah, saya memikirkan kata-kata yang tidak sengaja saya dengar dari guru tersebut, terutama mengenai kata-kata “bocah yang belum mengerti”, dan kata-kata “potensi” dan “stimulasi”. maklum anak-anak seusia itu memang belum banyak mengerti kosakata yang asing didengar atau pun beberapa majas yang bukan pembicaraan pada umumnya seorang bocah-dengan anak sebaya lainnya.

entah dari mana asalanya saya pun tak tau, mungkin yang saya tau bahwa kalau saya mendapatkan ranking satu hingga tiga saya akan dibelikan barang yang saya suka ataupun diberikan sejumlah uang untuk ditabung, begitu juga dengan berbagai saudara yang akan memberikan appreciate and cheers kepada kita apabila kita telah sukses dalam menerima rapot. mungkin ini adalah metode REWARD yang kita kenal pada mata pelajaran orientasi bisnis dan manajemen. lalu apakah ini yang disebut stimulasi??? dan apakah ini masih layak untuk dipratekkan dalam kehidupan seseorang yang sudah dewasa??? atau pada kehidupan sekarang yang sudah mengglobal???

kebalikan dari itu, kalau kita mendapatkan banyak nilai “merah” pada raport, dan beberapa “note” peringatan dari guru, kita tentu saja akan diberikan yang namanya PUNISHMENT, dari yang namanya pemboikotan atau pemotongan uang jajan, permintaan yang sementara waktu ditangguhkan, atau pun minimal diberikan senyum yang kecut seraya disuruh untuk banyak belajar. Apakah hal ini masih relevan untuk diterapkan di masa sekarang.????

Ternyata orang tua kami adalah orang tua yang arif yang dapat melihat sisi penerapan pengajaran kepada anak-anaknya yang disesuaikan dengan kondisi, dan umur dari seorang anak. kasih sayang seorang ibu, dan seorang ayah yang menginginkan kebaikan dan masa depan kepada anaknya akan tetapi dengan tetap memperhatikan perasaan dan jiwa anak tersebut. mungkin “seperti film nagabonar 2” yang mana nagabonar mencoba untuk memahami pemahaman atau perasaan anaknya “bonaga” walaupun dilahirkan pada zaman yang berbeda.

banyak yang telah bapak dan ibu kita berikan kepada kita, dari materi, kasih sayang. perhatian dan pemahaman yang diberikan mereka dengan tulus dan ikhlas demi kebaikan dan masa depan anaknya. betapa banyak kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan, dan semuanya telah dimaafkan tanpa memberikan bekas yang pahit di hati mereka. berapa banyak uang yang dihabiskan untuk membiayai pendidikan kita, biaya waktu kita sakit, mainan waktu kita masih kanak-kanak, dan berbagai macam biaya yang tidak pernah dihitung oleh seorang anak kepada orangtuanya untuk membalasnya.

mungkin yang kita lakukan setelah dewasa adalah yang sebaliknya… kita tidak mau memahami perasaan orang yang sangat mencintai kita, kita tidak mau menahami perasaan orang yang telah mencoba memahami perasaan kita diwaktu kita kecil hingga menjadi dewasa. mungkin saat ini betapa banyak pamrih yang kita minta, kita hitung, kita kalkulasi dengan segelintir kecil peran dan bantuan kita terhadap mereka.

dari kesalahan-kesalahan kita yang telah dihapuskan dari waktu kita melahirkan, isak tangis yang sangat mengganggu mereka di malam hari, kenakalan yang telah kita perbuat hingga dewasa mungkin tak sebanding dengan kesalahpahaman yang telah mereka perbuat dari masa kini hingga masa mendatang.

Bukanlah hadis yang mengatakan bahwa “surga di telapak kaki ibu” adalah benar dan sebanding. itulah sebabnya pada waktu ada seseorang yang mau bertobat karena melakukan banyak dosa besar seperti membunuh dan berzina datang kepada Umar bin Khattab ra. kemudian setelah melakukan tobat nasuha, orang tersebut ditanya apakah memiliki seorang ibu ataukah tidak, yang ia dapat menggantikan kesalahan tersebut dengan kebaikan dalam baktinya ia kepada sang ibu. dan bukankah ini sesuai dengan cerita israil zaman dahulu, yang menyimpulkan bahwa ada seorang laki-laki penjual daging yang masuk surga menemani nabi Musa As, ketika dijumpai pada kehidupan sehari-hari ibunya yang telah tua renta itu berdoa kepada ALLAH ketika sang pemuda menyuapi ibunya dengan sup daging yang ia buat setiap hari dengan ikhlas……………….

semoga ini tidak hanya menjadi sebuah cerita “umbel”, sebaliknya ….sisi baik yang dapat kita cerna dapat kita laksanakan pada kehidupan kita masing-masing sesuai dengan versi dan pola kehidupan masing-masing. dan jika ada kesalahan atau kekuarangan apalgi ketidakbenaran maka komennya sangat ditunggu untuk perbaikan….sayounaraaaaaaaaa

Posted by: dharmobirowo | May 17, 2010

lilin-lilin kecil 1


lilinku
bismillah, dengan menyebut nama Allah, semoga tulisan ini mendapatkan berkah dari-Nya.

dini hari tanggal 20 maret 2006, ada yang tidak biasa…. aku melihat suasana di dalam kamarku yang gelap. setelah ku buka pintu, kusaksikan kegelapan yang menyelimuti seluruh perumahan warga. aneh memang…Jakarta yang jarang sekali dilanda “mati lampu” kali ini harus rela kena giliran jatah pemadaman. Tapi yang janggal suara dangdut, masih begitu menggema di telingaku. maklum mendekati hari libur panjang, banyak orang menghabiskan waktu nya sia-sia hanya dengan mendengarkan lagu yang “kurang bermakna”.

lha kok jadi ngelantur ke “mati lampu” ya… kali ini aku ngetik dengan ditemani dengan temanku. sang lilin kecil yang telah aku nyalakan dengan sebuah korek yang setengah mati aku cari. maklum di Jakarta jarang sekali “mati lampu”. tak seperti dulu ketika aku di Lampung, pemadaman lampu seolah telah menjadi jatah yang merupakan kewajiban dari tiap minggu.

aku tiba-tiba teringat dengan kehidupan ku dulu waktu kecil. aku hidup di sebuah perumahan sederhana “perumnas”. waktu kecil selain menantikan malam minggu, kami sangat suka menantikan waktu “mati lampu”. seolah dengan kejadian ini kami “anak-anak kecil” dapat keluar bermain, menghentikan kegiatan belajar, dan saling berkejar-kejaran, main “sumput-sumputan” atau petak umpet. Maklum waktu itu tidak ada yang namanya Game, PS, atau pun laptop yang bisa dipakai walau dalam kondisi mati lampu sekalipun.

tapi kebahagian di hati kami, adalah kami dapat berkumpul bersama teman-teman, bercanda bersama, tertawa bersama, dan tentunya makan jajanan bersama di warung. Kebetulan di depan rumah kami memang ada warung yang menjajakan makanan-makanan kecil, seperti empek-empek, bakwan, dan beberapa coklat, dan “chiki” yang sangat disuka anak-anak seusia kami. barulah pada saat usia kami menginjak usia 9 tahun, kami sudah mengenal yang namanya Game sejenis nintendo atau sega. waktu itu belum banyak warga yang memilikinya, sehingga kamipun masih sering bergerombol menebeng bermain pada salah satu tetangga.

keluarga kami, ayah dan ibu kami mendidik kami agar selalu mandiri, apalagi dalam masalah mainan atau barang yang kami senangi. kami diharuskan membelinya sendiri dengan uang jajan yang kami sisihkan sebelumnya. saya teringat dengan hasil tabungan saya yang saya serahkan kepada kakak untuk menyumbang pembelian “game sega” waktu itu. bayangkan waktu itu saya hanya dapat mengumpulkan uang di bawah 50 ribu, sedangkan kakak-kakak saya dapat mengumpulkan uang hingga 200 ribu. maklum waktu itu saya adalah seorang anak kecil tulen, bungsu lagi, makanannya ya somai,empek-empek dan beberapa makananan “perusak gigi”. so pasti uang jajanya habis hanya untuk membeli makanan yang aneh itu.

tapi akibat dari pembelian game sega ini, seringkali membuat kami bertengkar, maklumlah aku yang masih kecil tidak mau ngalah dan kakak ku yang besar pun tidak mau pengertian terhadap knya. menurut kakaku karena kontribusi sumbanganku yang terlalu kecil, aku mempunyai saham yang kecil juga, berarti hasil yang didapat juga kecil. jadinya waktu itu saya hanya kebagian main di menit-menit terakhir, atau kalo saya baru merengek-rengek kepada orang tua, barulah mereka mengalah. mungkin ini adalah sebagian memori yang ada di otak kecilku. kadangkala lucu, aneh, dan sering membuat aku senyum-senyum sediri ketika membayangkannya. yah bagaimana lagi itulah adanya dan malah menjadi perekat hubunganku dengan kakak kakaku. I always love you all, All of my brother, friends, and of course my parents.

Posted by: dharmobirowo | May 17, 2010

Tunggu aku “kupu-kupu”


kupu-kupu
Tunggu aku “kupu-kupu”…
Ku ingin meng’ngepompongkan diri…
Ku bosan menjadi ulat, tapi ku tak sanggup terbang bersamu…
Mungkin di waktu yang tepat…
Setelah ku berhasil menyelesaikan 1/3 waktu perjalanan hidupku…

Oh “kupu-kupu” ku…
Jika ku punya waktu dan kesempatan…
Ku tak mau kembali ke masa yang telah lalu…
Waktu, hidup, dan kepompong ini kuharap dapat membuat masa depan ku lebih baik dari masa lalu…

Suatu saat nanti, saat kau melihat…
Bahwa kepompong ini telah berubah menjadi kupu-kupu yang cantik…
Bukanlah ulat…
Atau binatang yang berduri…
Kau akan bersyukur…
Bahwa diriku yang dahulu adalah ulat…
Telah berubah menjadi kupu-kupu yang cantik…
Yang terbang ke sana kemari…
Menemani dirimu hingga penghujung akhir hidupku….

Ku kan menunggu…
Karna harapan…adalah bungkus yang menyelimutiku…
Ku kan bersabar…
Karena iman….adalah pancaran hati dan jiwaku…
Ku berharap…
Semoga episode mendatang…
Menjadikan jiwa-jiwa kita lebih terpelihara…
Dari amarah, nafsu, benci, ataupun godaan syahwat yang mencelakakan…

Ulat, kepompong, dan kupu-kupu…
Dirinya, diriku, dan dirimu…
Semua adalah sama di mata Tuhan…
Yang membedakan hanyalah usaha dan harapan…
Usaha dari makhluk yang senantiasa berusaha mencari kebaikan dan jati dirinya…
Harapan dari seorang manusia yang ingin hari esok jauh lebih baik dari hari ini ataupun sebelumnya.

Semoga kepompong ini dapat berubah menjadi kupu-kupu yang indah…
Tak kembali menjadi ulat….
Dan dapat memenuhi setiap harapanNYA….
Amin ya Rabb…

Posted by: dharmobirowo | May 12, 2010

mulailah CINTA dengan Berwudhu


di notes bagian pertama ini, saya tidaklah akan membahas terlebih dahulu hubungan antara CINTA dan berwudhu..di notes ini kita akan saling belajar apakah tata cara berwudhu yang selama ini kita lakukan telah sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah…

Sejak SD, SMP hingga SMA, tata cara berwudhu yang saya lakukan sebelum shalat lima waktu tidaklah berubah. Tata cara berwudhu dari SD saya dapatkan dari sebuah buku tuntunan shalat praktis yang dibelikan oleh ayah saya di Gramedia. Di dalam buku itu disertai dengan gambar gambar untuk memudahkan kita dalam melakukan berwudhu dan shalat.

Meskipun bagus dan disertai gambar, buku tersebut menurut saya memang kurang ilmiah. Mengapa tidak ilmiah…? ya, karena dalam setiap tata caranya tidak pernah disebutkan dalil atau sumber hadisnya. walhasil sampe saya SMA, saya baru mengerti bahwa tata cara berwudhu yang dilakukan oleh orang-orang, banyak yang berbeda-beda.

untuk itu dalam notes ini kita bisa sambil belajar dan saling memberikan keterangan, sapa tau masih ada hadis-hadis tambahan selain hadis yang di bawah ini yang bisa kita ambil petunjukknya dalam berwudhu sebagai bagian dari syarat utama Shalat kita…

hadis yang bisa kita jadikan pegangan dan inilah yang paling sering dijadikan dasar utama dalam berwudhu oleh para ulama adalah sebagai berikut :

Dan dari Humran bahwa Utsman pernah meminta dibawakan air wudhu, maka ia (1) membasuh kedua telapak tangannya tiga kali, …(2) kemudian membasuh tangan kanannya sampai ke siku tiga kali, kemudian tangan kirinya seperti itu pula, (3) kemudian mengusap kepalanya, (4) kemudian membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, kemudian kaki kirinya seperti itu pula, kemudian berkata, “Aku melihat Rasulullah berwudhu seperti wudhuku ini. (Mutafaq alaih).

selain itu ada hadis yang memperjelas hadis tersebut sebagai berikut :

hadist riwayat Abdullah bin Zaid tentang tata_cara_wudhu_(terdapat_lafal):
“Kemudian Rasulullah memasukkan tangannya, kemudian berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung dengan satu tangan sebanyak tiga kali.” (Mutafaq ‘alaih).

kemudian, ada hadis yang lain yang memperjelas tata cara mengenai “pengusapan kepala” pada hadis sebelumnya sebagai berikut :

“(Beliau) memulai dari bagian depan kepalanya sampai ke tengkuk, kemudian menariknya lagi ke bagian depan tempat semula memulai.”
Dan dalam riwayat Ibnu Amr tentang tata cara berwudhu, katanya, “Kemudian ( Rasulullah ) mengusap kepalanya, dan memasukkan dua jari telunjuknya ke masing-masing telinganya, dan mengusapkan kedua jari jempolnya ke permukaan daun telinganya.” (H.R . Abu Dawud, Nasa`i dan disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).

dari hadis tersebut di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Apabila seorang muslim mau berwudhu atau mandi (wajib / junub), maka hendaknya ia berniat di dalam hatinya. Niat yang dimaksud dalam berwudhu dan mandi (wajib) adalah niat untuk menghilangkan hadats atau untuk menjadikan boleh suatu perbuatan yang diwajibkan bersuci, oleh karenanya amalan-amalan yang dilakukan tanpa niat tidak diterima. tapi perlu digarisbawahi bahwa yang namanya niat adalah yg ada di dalam hati, tidak perlu diucapkan, karena pengucapan niat tidak pernah dilakukan oleh rasulullah dan sahabatnya dalam satu hadis sekalipun.

Dalilnya_adalah_firman_Allah:
“Dan mereka tidaklah diperintahkan melainkan agar beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” (Q.S. Al-Bayyinah:5).

Dan_hadits_dari_Umar_bin_al-Khaththab,_bahwa_Rasulullah_bersabda,
“Sesungguhnya segala amalan itu tidak lain tergantung pada niat; dan sesungguhnya tiap-tiap orang tidak lain (akan memperoleh balasan dari) apa yang diniatkannya. Barangsiapa hijrahnya menuju (keridhaan) Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya itu ke arah (keridhaan) Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena (harta atau kemegahan) dunia yang dia harapkan, atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya.”.

Kemudian membaca Basmalah :

( Bismillaah) بِسْمِ اللهِ

sebab Rasulullah bersabda:

“Tidak sah wudhu orang yang tidak menyebut nama Allah” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab Al-Irwa’ (81).

Dan apabila ia lupa, maka dia bisa membacanya tatkala dia ingat ketika masih berwudhu, namun apabila dia ingat tatkala selesai berwudhu maka tidaklah mengapa dia tidak membaca basmalah. Adapun dalil gugurnya kewajiban mengucapkan basmalah kalau lupa atau tidak tahu adalah_hadits:
“Dimaafkan untuk umatku, kesalahan dan kelupaan.”

2. Kemudian mencuci kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali .

3. Mengambil air dengan telapak tangan kanannya sambil sebagian dimasukkan kedalam mulut ( madhmadhoh ) dan sebagian dimasukkan / di hirup ke dalam hidung ( istinsyaq ) kemudian membuangnya dengan bantuan tangan kirinya ( istintsar ). Tatkala air masih di dalam mulut maka di usahakan air tersebut dikumur-kumur ( Bhs jawa : kemu ), begitu juga dengan yang ada di dalam hidung sehingga kotorannya dapat keluar.

4. Disunnahkan ketika menghirup air di lakukan dengan kuat, kecuali jika dalam keadaan berpuasa maka ia tidak mengeraskannya, karena dikhawatirkan air masuk ke dalam tenggorokan. Rasulullah bersabda:

“Keraskanlah di dalam menghirup air dengan hidung, kecuali jika kamu sedang berpuasa”. ( Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Albani dalam shahih Abu Dawud (629))

5. Lalu mencuci muka sebanyak tiga kali. Batas muka adalah dari batas tumbuhnya rambut kepala bagian atas sampai dagu, dan mulai dari batas telinga kanan hingga telinga kiri.

6. Dan jika rambut yang ada pada muka tipis, maka wajib dicuci hingga pada kulit dasarnya. Tetapi jika tebal maka wajib mencuci bagian atasnya saja, namun disunnahkan mencelah-celahi rambut yang tebal tersebut. Karena Rasulullah selalu mencelah-celahi jenggotnya di saat berwudhu. (Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al Irwa (92))

7. Kemudian mencuci kedua tangan sampai siku sebanyak tiga kali, karena Allah berfirman :

“dan kedua tanganmu hingga siku”. (Surah Al-Ma’idah : 6).

Cara mencuci tangan adalah dimulai dengan mencuci tangan kanan sampai siku sebanyak tiga kali baru mencuci tangan kiri sampai siku sebanyak tiga kali.

8. Kemudian mengusap kepala ( bedakan dengan mencuci / membasuh ) beserta kedua telinga satu kali, dimulai dari bagian depan kepala lalu diusapkan ke belakang kepala lalu mengembalikannya ke depan kepala.

9. Setelah itu langsung mengusap kedua telinga dengan air yang tersisa pada tangannya. Cara mengusap telinga adalah dengan memasukkan jari telunjuk pada lubang telinga sedang ibu jari mengusap bagian luar daun telinga. Perbuatan ini dilakukan sebanyak satu kali saja..

10. Lalu mencuci kedua kaki sampai kedua mata kaki sebanyak tiga kali, karena Allah berfirman:

“dan kedua kakimu hingga dua mata kaki”. (Surah Al-Ma’idah : 6).

Yang dimaksud mata kaki adalah benjolan yang ada di sebelah bawah betis. Kedua mata kaki tersebut wajib dicuci berbarengan dengan kaki. Cara mencuci kaki adalah dimulai dari kaki kanan dulu sebanyak tiga kali baru kaki kiri sebanyak tiga kali.

Kalau ada sebagian dari tata cara berwudhu ini yang salah atau berbeda atau ada hadis tambahan yang anda ketahui dapat dijadikan dalil dalam melaksanakan rukun, wajib, dan sunnah berwudhu, silahkan isi comment di bawah ini…

sesungguhnya amalan yang akan dihisab pertama kali di hadapan Rabb nya adalah Shalat, dan kesempurnaan dan sahnya shalat bergantung dari seberapa sempurna nya kah tata cara berwudhu kita sesuai dengan ajaran rasulullah…wallahu a’lam.

Posted by: dharmobirowo | May 12, 2010

Sepenggal kisah Seseorang Bersama Dengan Yang Dia Cintai


Suatu cerita, di sebuah kota pelajar, hiduplah seorang gadis cantik berumur 23 tahun. Ia, alisya orang memanggilnya, terlahir menjadi seorang gadis cantik dan baik hati. Ia lahir dari keluarga yang baik dan harmonis. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga, sedangkan ayahnya adalah seorang dokter spesialis yang membuka praktek di rumahnya. Alisya hidup serba kecukupan, meskipun tidak mewah, tapi ayahnya sanggup menyekolahkan dirinya hingga universitas, bahkan ayahnya pun siap untuk membiayainya kuliah master di luar negeri.

Tapi alisya berpikiran lain, baginya, dirinya dapat meneruskan pendidikan setelah menikah. Apalagi saat ini banyak sekali lamaran dari teman seangkatan, atau kenalan keluarga yang ingin melamar dirinya. Ada yang serius untuk mengajak menikah, tetapi ada pula yang hanya ingin menjadikannya pacar atau kekasih. Alisya sudah bosan berpacaran, ia teringat dengan Roni, mantan pacarnya yang dahulu telah meninggalkannya karena harus menikah dengan gadis pilihan orang tuanya atau si Andre, pacar pertama nya yang telah selingkuh dengan teman baiknya.

Singkat kata, setelah dikenalkan dengan kedua orang tuanya, Alisya akhirnya menikah dengan Bima. Bima bukanlah sosok seseorang yang ia cintai selama ini seperti mantan-mantan pacarnya dulu yang hedonis. Alisya sebenarnya tidak mencintainya, ia hanya kagum dengan Bima karena Bima adalah orang yang rendah hati, rajin beribadah, dan telah mempunyai penghasilan yang baginya bisa menafkahi dirinya dan anak-anaknya kelak.

Apalagi, ia ingin Bima adalah jawaban dari sosok yang akhir-akhir ini sering ia mimpikan dalam tidur. Alisya ingin Bima dapat membimbingnya kepada agama, mengajarinya untuk dapat lebih dekat kepada Allah, dan menjadi tempat untuk berbagi dan saling menyayangi.

Awal tahun pertama pernikahan, tak ada yang istimewa. Alisya bagaikan di penjara. Hidupnya serba tidak enak. Bukan masalah kekurangan harta atau kekurangan kasih sayang dari sang suami. Tapi lantaran kebiasaan hidupnya yang selama ini sangat berbeda dengan kebiasaan dan kesukaan sang suami.

Bayangkan, meskipun Alisya adalah orang yang tidak pernah absen dari solat lima waktu, tapi solatnya jarang sekali di awal. Sebelum menikah dengan mas bima, dirinya selalu solat subuh setelah jam 5, itupun karena ia dibangunkan oleh sang bunda. Sedangakan Bima suaminya kini adalah orang yang rajin beribadah dan selalu solat berjamaah dimasjid. Alisya tak enak hati dengan suaminya kalau ia mengetahui bahwa istrinya adalah orang yang pemalas dan sering terlambat untuk solat.

Begitu juga dengan acara televisi kesukaannya, mas bima sangat suka dengan siaran berita dan acara2 yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan, sedangkan alisya, dirinya sangat menyukai infotainment, acara2 mencari jodoh, dan pertunjukan dangdut yang ada di berbagai stasiun televisi. Alisya mengetahui bahwa suaminya itu tak akan menyukai apa yang ia sering tonton dahulu sebelum menikah. Walhasil kini alisya hanya bisa diam, dan menonton berita dan acara2 yang baginya ini hanya membuatnya jenuh dan bosan.

Meskipun demikian, alisya sebenarnya adalah wanita yang berprestasi. Ia telah lulus di sebuah universitas negeri ternama di Indonesia dengan predikat sangat memuaskan. Kerap kali dirinya mendapatkan beasiswa selama kuliah dan seringkali diminta tolong untuk menjadi penerjemah bahasa Inggris beberapa buku text book. Tak hanya itu, dirinya pun sangat terkenal di kampus, aktif dalam lembaga kemahasiswaan. Pokoknya dapat dirangkum bahwa dirinya adalah adalah top ten women in campus.

Kondisi keluarganya yang serba kecukupan, pembantunya yang selalu menyediakan keperluan dirinya, dan karena kesibukannya di kampus, telah membuat gadis cantik ini tak pernah teringat baginya untuk belajar masak dan belajar bagaimana menjadi seorang ibu yang baik dari sang ibu. Yang ia pikirkan adalah bagaimana ia dapat mengejar pendidikannya secepat mungkin, mendapatkan IP yang terbaik dan prestasi yang membanggakan.

Sedangkan Bima suaminya, sangat mendambakan jika alisya bisa seperti ibunya yang pandai memasak. Bagi Bima, seperti ada yang kurang dari wanita jika ia tidak bisa memasak. Meskipun kita berpikir bahwa kita bisa membeli makanan di luar, atau pun menyuruh pembantu untuk memasakkan buat kita, tapi apabila sang istrilah yang memasak sendiri, maka rasa “Cinta” sang istri dapat membuat makanan menjadi tambah lezat dan berkah. Hal ini bagi Bima, juga dapat menghadirkan nuansa-nuansa romantis dan menjadi kenangan yang tak terlupa, bahwa istrinya adalah juru masak atau koki handal meskipun hanya di rumahnya sendiri.

Sedangkan alisya, ia sangat tidak menyukai perkerjaan dapur atau pun memasak, baginya dahulu ibunya atau pembantu nya lah yang selalu melayaninya untuk makan. Sedangkan sekarang, dirinya harus menyiapkan makan sebelum suaminya pergi bekerja dan pulang dari kantor. Hal ini bagi alisya adalah suatu kebiasaan baru dan belum pernah ia kerjakan selama ia masih gadis.

Untuk mempersingkat cerita, menjelang tahun kedua, Alisya mulai mengerti sifat, kebiasaan, dan kesukaan dari sang suami. Begitu pula Bima, ia selalu sabar dan selalu memberi perhatian lebih bagi Alisya. Bima tau, bahwa untuk menjadi imam, ia harus sabar dan tak pernah putus asa untuk mengenalkan apa yang baik dan buruk menurut pemahaman agama, bahwa agama itu penting bukan hanya sekedar teori yang disepelekan atau hanya angan-angan untuk meraih kebahagiaan akhirat semata, tapi agama itu juga penting untuk keutuhan dan kebahagian keluarga mereka. Akhirnya dengan ajakan Bima, seminggu sekali di waktu libur, mereka berdua pergi ke majelis taklim untuk menuntut ilmu agama, suatu tamasya yang romantis untuk mengingatkan apa yang menjadi kewajiban dan hak suami, dan apa pula yang menjadi hak dan kewajiban sang istri.

Akhir cerita, Alisya sudah mulai menyadari bahwa ibadah dan mematuhi perintah suami adalah awal yang akan menjadikan dirinya bahagia. Ia tau bahwa suaminya sangat mencintai dan menyayangi dirinya. Alisya ingin bahwa dirinya bisa bersama-sama dengan Bima hingga akhir masa, hingga dirinya dipertemukan kembali oleh Allah di surga, surga di mana mereka dan anak cucu mereka dapat berkumpul kembali dan menjalin kasih seperti waktu mereka di dunia. Walhasil, alisya kini telah menjelma menjadi isteri yang solehah. Dirinya kini telah solat di awal waktu, bahkan dirinya lah yang selalu mengingatkan Bima untuk solat tahajud di waktu malam. Rumah mereka pun bukan disibukkan oleh lagu-lagu dangdut atau acara-acara infotainment, di rumah mereka sering terdengar lantunan ayat Al Quran, dan suara-suara dari kaset dan CD ceramah agama.

Lengkap sudah kebahagiaan Bima, Alisya kini telah menjadi koki yang handal di rumah. Awalnya memang sulit, tapi setelah belajar privat di rumah ibunya dan belajar dari catatan memasak dari sang mertua, Alisya kini telah bisa memasak makanan makanan yang istimewa. Dirinya yakin, masakan yang ia sajikan buat suami dan anak-anaknya bisa menambah CINTA, dan suasana yang romantis di rumah. Meskipun hanya sekedar makanan, tapi itu cukup untuk mengantarkan rasa CINTA dan SAYANG sang Istri kepada keluarga.

Sudah hampir 8 tahun kehidupan rumah tangga mereka berjalan, tak pernah ada percecokan atau perselisishan yang besar. Alisya dan Bima kini pun telah dianugrahi Allah 2 orang anak. Dirma dan Indra adalah sepasang anak yang lucu, buah CINTA mereka yang mereka harapkan dapat berkumpul bersama-sama mereka di Surga kelak, surganya Allah buat orang-orang yang beriman dan saling mencintai.

Dan Ingatlah selalu firman Allah dalam surat At-Thur 21, “Dan orang-orang yang beriman beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan. Kami pertemukan acak cucu mereka dengan mereka (di dalam surga) dan kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka.”

Dan surat Ar-Ra’d 23, “(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya, dan anak cucunya.

Semoga kita semua digolongkan menjadi hamba-hamba-Nya yang saling MenCINTAI karena ALLAH, dan sesungguhnya CINTA yang sejati adalah CINTA yang telah diikatkan talinya oleh Allah, seperti CINTA BIMA kepada Alisya…Wallahu a’lam.

cerita fiksi by Dharma Birawa

Older Posts »

Categories